![]() |
Libur Panjang Dinilai Beri Angin Segar bagi Pariwisata, tapi Daya Beli Jadi Tantangan (Foto: Pixabay) |
Mediatama Prakarsa, Jakarta - Tahun ini, deretan hari libur nasional membuka peluang baru bagi geliat sektor pariwisata Indonesia. Libur panjang yang kerap dinanti dianggap sebagai momentum bagi masyarakat untuk kembali menghidupkan aktivitas wisata, dari jalan-jalan keluarga hingga liburan singkat ke luar kota.
I Gede Gunanta, anggota Bidang Etik Insan Pariwisata Indonesia (IPI), menilai banyaknya hari libur secara teori memang sangat menguntungkan sektor ini.
“Kalau dalam situasi ideal, hari libur yang banyak jelas berdampak positif untuk dunia pariwisata,” ungkapnya dalam diskusi bersama Pro3 RRI, Rabu (4/6/2025).
Namun, Gunanta menggarisbawahi bahwa antusiasme liburan masyarakat tetap bergantung pada satu faktor utama: isi dompet. Di tengah tekanan ekonomi, banyak orang masih memilih memprioritaskan kebutuhan sehari-hari ketimbang menyisihkan uang untuk rekreasi.
Ia mencontohkan kondisi pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama di sektor perhotelan yang menjadi fokus usahanya.
“Sejujurnya, dampak lonjakan wisatawan belum begitu terasa. Tingkat hunian hotel tidak selalu meningkat meskipun ada libur panjang,” jelasnya.
Gunanta juga menilai stimulus dan insentif dari pemerintah belum sepenuhnya mampu menggerakkan mobilitas wisata dalam skala besar. Kendala utamanya masih berputar pada keterbatasan ekonomi masyarakat.
Meski begitu, ia mengapresiasi berbagai langkah strategis yang telah diambil pemerintah daerah, seperti menggelar event-event besar bertaraf nasional dan internasional. Sayangnya, efek langsung terhadap ekonomi lokal belum signifikan.
Sebagai solusi, Gunanta menekankan perlunya pendekatan yang lebih menyeluruh dan terintegrasi. Ia menyebut bahwa sektor pariwisata tidak bisa berdiri sendiri.
“Kalau mau perputaran uang di sektor wisata meningkat, semua harus dibenahi. Transportasinya, penginapan, hingga harga oleh-oleh pun harus ramah kantong,” ujarnya.
Kolaborasi antara pelaku usaha, pemerintah, dan masyarakat dinilai menjadi kunci agar pariwisata benar-benar menjadi mesin penggerak ekonomi, bukan sekadar harapan saat musim libur tiba.
Follow Mediatama Prakarsa untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel