TpzoBSM0TUOlTpAoBSW9GUC9GA==

Rancid: Harmoni Pemberontakan dari Jalanan Berkeley

Rancid: Harmoni Pemberontakan dari Jalanan Berkeley
Rancid: Harmoni Pemberontakan dari Jalanan Berkeley (Foto: Wikipedia)


Mediatama Prakarsa, California - Di tengah gegap gempita era 90-an, saat grunge dan rock alternatif sedang menjadi raja di panggung musik global, muncullah Rancid—sebuah band yang menyuguhkan warna berbeda. Mereka bukan hanya sekadar band punk; mereka adalah suara jalanan yang dibalut ritme ska dan semangat perlawanan.

Dari Gang Kota ke Panggung Dunia


Lahir dari rahim subkultur punk Berkeley, California, tahun 1986, Rancid awalnya bernama “Rancid Boys”. Diisi oleh Matt Freeman, Tim Armstrong, Lars Frederiksen, dan Brett Reed, band ini memadukan energi mentah punk dengan denyut ska yang ritmis. Terinspirasi oleh ikon seperti The Clash dan Madness, mereka membentuk identitas yang segar dan membakar semangat komunitas bawah tanah.

Album debut bertajuk Rancid (1993) meledak dengan gebrakan musik kasar dan penuh bara semangat. Karya ini menjadi batu loncatan mereka menuju kancah punk internasional.

Saat Genre Bercumbu: Punk Bertemu Ska


Kesuksesan semakin menggila ketika mereka merilis Let’s Go (1995). Di album ini, Rancid memperhalus sisi liar mereka dengan sentuhan melodius ska. Lagu-lagu seperti “Ruby Soho”, “Time Bomb”, dan “Fall Back Down” meledak di udara, menghiasi layar MTV dan radio, memperluas jangkauan mereka ke kalangan audiens yang lebih luas tanpa kehilangan akar bawah tanah mereka.

Lagu-Lagu yang Bersuara Lantang


Di balik irama yang menggoda kepala untuk mengangguk dan kaki untuk melompat, Rancid menyelipkan kritik sosial tajam. Lirik mereka menyuarakan keresahan tentang ketidakadilan, rasisme, dan kesenjangan. Lagu seperti “Hyena” dan “Racism and Violence” adalah manifesto perlawanan yang tak lekang dimakan zaman.

Menolak Stagnan, Merayakan Eksplorasi


Rancid tak pernah puas tinggal di zona nyaman. Mereka terus menjelajahi teritori musik baru—dari reggae, rockabilly, hingga soul—dalam album-album seperti …And Out Come the Wolves (1998), Revolutions in Verse (2000), dan Indestructible (2004). Mereka membuktikan bahwa punk bukan hanya soal amarah, tapi juga kreativitas tanpa batas.

Jejak yang Tak Terhapuskan


Kini, puluhan tahun setelah kemunculannya, Rancid masih berdiri tegak, terus berkarya dan mengguncang panggung dunia. Dengan sembilan album studio dan segudang penghargaan, mereka telah menorehkan nama sebagai legenda yang tak tergantikan dalam sejarah punk dan ska.

Rancid bukan hanya band—mereka adalah gerakan. Sebuah suara dari jalanan yang tak pernah padam, terus menyala di hati para penggemarnya. Mereka adalah bukti bahwa musik bisa menjadi senjata, pelipur lara, dan penyemangat revolusi kecil dalam hidup sehari-hari. (Bd20)

Follow Mediatama Prakarsa untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel

Type above and press Enter to search.