Perjalanan politik al-Sharaa dinilai sebagai transformasi luar biasa. Sosok yang dulu dikenal sebagai pemimpin kelompok Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) berafiliasi dengan al-Qaeda, kini menjadi kepala negara yang diundang secara resmi oleh AS. Bahkan, sebelumnya Washington sempat menawarkan hadiah USD10 juta bagi siapa pun yang memberikan informasi terkait keberadaannya.
Setelah pasukannya menggulingkan rezim Bashar al-Assad pada Desember 2024, al-Sharaa mulai menempuh jalur diplomasi baru. AS mencabut sayembara penangkapannya usai serangkaian pertemuan di Damaskus dan kini membuka pintu kerja sama yang lebih luas.
Kunjungan ini merupakan yang pertama bagi seorang presiden Suriah ke AS sejak kemerdekaan negaranya tahun 1946. Menurut analis, pertemuan dengan Trump menandai babak baru hubungan kedua negara, terutama dalam upaya pembentukan aliansi internasional melawan ISIS.
Sumber diplomatik di Damaskus mengungkapkan, Washington berencana membangun pangkalan militer di dekat ibu kota Suriah untuk koordinasi bantuan kemanusiaan dan pengawasan kawasan. Langkah ini disebut sebagai sinyal kepercayaan baru terhadap pemerintahan al-Sharaa.
Departemen Luar Negeri AS menyebut penghapusan nama al-Sharaa dari daftar hitam merupakan pengakuan atas kemajuan pemerintahan barunya. Selain memusnahkan senjata kimia yang tersisa, Suriah juga membantu pencarian warga Amerika yang hilang selama konflik.
“Ini adalah tanda bahwa Suriah baru berkomitmen terhadap keamanan dan stabilitas regional serta proses politik yang inklusif,” ujar Juru Bicara AS Tommy Pigott.
Sebelumnya, al-Sharaa juga sempat berpidato di hadapan Majelis Umum PBB pada September lalu menjadi presiden Suriah pertama yang berbicara di forum tersebut setelah puluhan tahun. Langkah ini dilihat sebagai upaya mengembalikan posisi Suriah di panggung diplomasi global.
Michael Hanna dari International Crisis Group menilai, kunjungan ke Gedung Putih adalah simbol metamorfosis al-Sharaa dari seorang militan menjadi negarawan.
“Ini momen penting yang menegaskan arah baru Suriah di bawah kepemimpinannya,” ujarnya.
Dalam kunjungan kali ini, al-Sharaa juga diperkirakan akan mengupayakan dukungan finansial bagi rekonstruksi negaranya. Bank Dunia memperkirakan kebutuhan dana untuk membangun kembali Suriah pascaperang mencapai USD216 miliar tantangan besar yang kini menanti sang presiden di panggung dunia. *
