![]() |
Musisi Dunia Kompak Boikot Spotify Tolak Investasi Militer (Foto: Ist) |
Mediatama Prakarsa, Jakarta - Fenomena menarik tengah mengguncang dunia musik global. Semakin banyak musisi dari berbagai genre dan negara memilih angkat kaki dari Spotify sebagai bentuk protes terhadap keputusan CEO-nya, Daniel Ek, yang dilaporkan menanamkan investasi ratusan juta euro ke perusahaan teknologi militer berbasis kecerdasan buatan (AI).
Mulai dari band indie, musisi eksperimental, hingga grup legendaris seperti Massive Attack, semuanya menolak secara terbuka untuk terlibat, bahkan secara tidak langsung, dalam bisnis yang dinilai berpotensi mendukung peperangan.
Sikap ini menunjukkan bahwa bagi para musisi, nilai moral dan kemanusiaan jauh lebih penting daripada popularitas di platform streaming terbesar di dunia tersebut.
Band indie asal Amerika Deerhoof menjadi salah satu yang paling awal mengambil sikap. Sejak 30 Juni, mereka resmi menarik semua lagu mereka dari Spotify.
“Kami menolak uang hasil kerja keras musisi digunakan untuk membiayai perang,” dalam unggahan di Instagram, Deerhoof.
Langkah serupa diikuti oleh band rock asal Australia King Gizzard & The Lizard Wizard, yang menegaskan tak ingin musik mereka menjadi bagian dari sistem yang mendukung kekerasan dan peperangan.
Penyanyi folk Leah Senior dan musisi senior David Bridie juga mundur dengan alasan serupa bukan semata soal royalti kecil, tetapi karena alasan kemanusiaan.
Produser elektronik asal Jerman Skee Mask ikut menarik seluruh katalog musiknya. Ia menyebut keputusan Spotify berinvestasi di perusahaan militer AI sebagai tindakan yang “tidak dapat dibenarkan secara moral.”
Band legendaris asal Inggris Massive Attack pun bergabung dalam aksi boikot ini. Mereka secara tegas menolak investasi Daniel Ek senilai 600 juta euro ke perusahaan AI militer Helsing. Dalam pernyataannya.
“Beban ekonomi yang selama ini menekan para musisi kini ditambah beban moral — uang hasil kerja keras penggemar digunakan untuk mendanai teknologi destruktif. Cukup sudah," tegasnya.
Dari Indonesia, Seringai turut menunjukkan sikap. Band metal ini menarik seluruh lagu mereka dari Spotify. Manajer band, Wendi Putranto.
“Kami menolak terafiliasi dengan kegiatan yang mendukung peperangan,” tegasnya.
Sikap senada datang dari Majelis Lidah Berduri, Frau, dan Morgensoll, yang tidak hanya menentang investasi tersebut tetapi juga menyoroti ketidakadilan sistem ekonomi digital terhadap pekerja seni.
Bahkan band eksperimental Xiu Xiu tengah memproses penghapusan seluruh karya mereka dan mendorong penggemar untuk membatalkan langganan Spotify.
Fenomena ini menandai babak baru dalam hubungan antara musik, moralitas, dan bisnis teknologi. Para musisi dunia kini bukan hanya menciptakan lagu untuk didengar mereka juga bersuara untuk kemanusiaan. *
Follow Mediatama Prakarsa untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel