![]() |
Media Online Menjadi Wadah Suara Kaum Terpinggirkan (Foto: Ilustrasi) |
Mediatama Prakarsa, Jakarta - Perkembangan media online kini tumbuh dengan sangat pesat, seiring meningkatnya ketergantungan manusia terhadap internet. Dunia digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal memperoleh informasi yang cepat, akurat, dan mudah diakses.
Di Indonesia, peningkatan jumlah pengguna internet, baik melalui perangkat seluler maupun jaringan tetap, mendorong penetrasi internet secara masif ke seluruh pelosok negeri. Kondisi ini membuka peluang besar bagi masyarakat untuk lebih aktif dalam mengakses informasi dan berpartisipasi dalam ekosistem digital.
Namun, di tengah derasnya arus informasi, media online tidak hanya berperan sebagai penyampai berita, tetapi juga memegang tanggung jawab moral untuk menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui konsep jurnalisme kemanusiaan, media dituntut untuk berpihak pada nilai-nilai universal seperti keadilan, kesetaraan, kepedulian sosial, dan anti-diskriminasi.
Pers sejatinya memiliki dua sisi peran penting. Di satu sisi, ia bertugas memberitakan langkah-langkah pemerintah dalam menyejahterakan rakyat. Di sisi lain, pers juga berfungsi sebagai pengontrol yang objektif agar semangat kebangsaan dan kemanusiaan tetap berjalan seimbang. Dengan begitu, insan pers turut membangun kesadaran publik dan memperkuat wawasan kebangsaan.
Melalui jurnalisme kemanusiaan, media dapat menyampaikan pesan-pesan positif, seperti menegakkan kesetaraan, mengedukasi masyarakat untuk mencintai alam, serta menumbuhkan empati sosial terutama kepada generasi muda yang menjadi penerus bangsa.
Media online memiliki kekuatan besar dalam penyebaran pesan kemanusiaan, di antaranya:
Penyebaran cepat dan luas: Informasi kemanusiaan dapat menjangkau audiens global dalam hitungan detik, seperti pada kampanye bantuan bencana atau gerakan sosial.
Mobilisasi sosial: Platform digital sering kali menjadi wadah lahirnya gerakan kemanusiaan, seperti #MeToo atau #BlackLivesMatter, yang menggugah kesadaran dunia.
Pendidikan dan kesadaran publik: Melalui artikel, video, dan podcast, media membantu masyarakat memahami isu-isu hak asasi manusia dan mendorong partisipasi dalam aksi nyata.
Suara bagi yang terpinggirkan: Media online memberi ruang bagi kelompok marginal untuk menyampaikan aspirasi dan pengalaman mereka.
Transparansi dan akuntabilitas: Media mampu mendorong tanggung jawab publik, termasuk kepada pemerintah dan lembaga kemanusiaan.
Penggalangan dana digital: Melalui platform crowdfunding, publik dapat menyalurkan bantuan secara langsung dan transparan.
Dialog sosial: Media membuka ruang diskusi lintas kelompok yang memperkuat solidaritas dan empati antar sesama manusia.
Namun demikian, pesatnya arus informasi digital juga membawa tantangan berupa penyebaran hoaks dan disinformasi. Karena itu, jurnalis dan masyarakat perlu mengedepankan literasi digital agar pesan kemanusiaan tetap terjaga keotentikannya.
Prinsip jurnalisme kemanusiaan akan selalu relevan lintas zaman, karena menyangkut nilai-nilai dasar dalam kehidupan sosial manusia. Ia mengingatkan kita bahwa kekuatan sejati media bukan hanya pada kecepatan menyampaikan berita, melainkan pada kemampuannya menumbuhkan kasih sayang, empati, dan solidaritas.
Sebagaimana pesan Dalai Lama, “Jika air mata kita tidak menuntun kita untuk bertindak, maka kita telah kehilangan alasan kemanusiaan kita, yaitu kasih sayang.”
Catatan: D. Supriyanto Jagad N
Sekretaris Jenderal DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI)
Follow Mediatama Prakarsa untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel