![]() |
Iran Ancam Tutup Hormuz, Dunia Siaga Perang |
Mediatama Prakarsa, Teheran - Parlemen Iran pada Minggu malam secara resmi meloloskan mosi kontroversial untuk menutup Selat Hormuz, jalur perairan sempit namun vital yang selama ini menjadi nadi distribusi hampir seperempat pasokan minyak dunia. Langkah ini diambil sebagai bentuk respons keras terhadap serangan udara Amerika Serikat yang menghantam tiga fasilitas nuklir di wilayah Iran pada akhir pekan lalu.
Meski keputusan tersebut belum final dan masih menanti restu dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi serta Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, mosi parlemen itu telah cukup mengguncang pasar energi dan meningkatkan tensi geopolitik di kawasan Teluk.
“Setiap pelanggaran terhadap kedaulatan Iran akan dibalas dengan tindakan strategis. Penutupan Selat Hormuz adalah hak sah kami dalam mempertahankan harga diri bangsa,” tegas Javad Karimi-Ghodousi, anggota parlemen senior dari Komisi Keamanan Nasional.
Selat Hormuz sendiri merupakan jalur laut sempit sepanjang 6 mil laut yang menjadi satu-satunya akses keluar masuk Teluk Persia menuju laut lepas. Diperkirakan 20–25 persen minyak mentah dunia mengalir melewati perairan ini setiap harinya. Jika benar-benar ditutup, para analis memperkirakan lonjakan drastis harga minyak dan potensi kekacauan dalam rantai pasokan energi global.
Respons internasional pun langsung menguat. Pemerintah AS melalui Gedung Putih memperingatkan bahwa setiap upaya untuk menutup Selat Hormuz akan dianggap sebagai tindakan agresi, dengan potensi dibalas melalui kekuatan militer. Sementara itu, negara-negara pengimpor utama seperti China, Jepang, dan India menyerukan penahanan diri dan dialog demi menjaga stabilitas jalur perdagangan internasional.
Meski belum ada gerakan fisik Iran untuk menutup selat secara langsung seperti penempatan ranjau laut atau penyekatan kapal tanker militer Iran dilaporkan sudah meningkatkan kesiagaan armada laut dan sistem rudal pantai di sekitar Hormuz.
Jika penutupan ini benar-benar dilaksanakan, dunia akan menghadapi dampak yang lebih luas dari sekadar harga minyak mulai dari ancaman konflik bersenjata terbuka hingga krisis energi global yang berkelanjutan. (Bd20)
Follow Mediatama Prakarsa untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel