![]() |
Gubernur Hapus PR, Sekolah Jadi Satu-satunya Tempat Belajar (Foto: DetikJabar) |
Mediatama Prakarsa, Bandung - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali menggebrak dunia pendidikan. Setelah menerapkan kebijakan jam malam bagi pelajar, kini Dedi menegaskan bahwa pekerjaan rumah (PR) tidak lagi menjadi bagian dari rutinitas siswa. Alasannya tegas: belajar cukup di sekolah, tidur wajib pukul 21.00 WIB.
"Kalau sudah tidur jam 9, ya tugasnya harus selesai di sekolah. Jangan ada lagi ironi anak dapat PR, tapi yang kerjakan malah orangtuanya," kata Dedi, Rabu (4/6/2025).
Kebijakan ini bukan sekadar simplifikasi tugas belajar, tapi bagian dari pendekatan sistemik. Pemerintah Provinsi Jabar kini mengumpulkan data perilaku siswa siapa yang begadang, siapa yang keluyuran malam, siapa yang absen atau sakit. Pelanggar aturan jam malam akan dibina, bahkan bisa dikirim ke barak pembinaan. Pendidikan, dalam kerangka ini, bukan hanya soal kurikulum, tapi juga disiplin sosial.
Langkah ini menyusul terbitnya Surat Edaran Nomor 58/PK.03/Disdik tertanggal 28 Mei 2025 yang mengatur jam belajar efektif di semua jenjang pendidikan. Mulai dari PAUD hingga SMK, semuanya wajib memulai pembelajaran pukul 06.30 WIB, dengan durasi belajar yang cukup panjang—bahkan hingga lebih dari 10 jam pelajaran per hari bagi siswa SMA dan SMK tingkat atas.
Durasi panjang di sekolah ini menjadi alasan utama penghapusan PR. Prinsipnya, waktu anak di rumah harus dipulihkan untuk istirahat, bukan untuk menyambung pekerjaan akademik. Dedi ingin menegaskan batas yang jelas antara ruang sekolah dan ruang keluarga.
Namun, kebijakan ini memunculkan sejumlah catatan. Di satu sisi, bisa mengurangi beban murid dan orang tua. Di sisi lain, mempertanyakan apakah sekolah sudah siap menjadi pusat penuh aktivitas akademik dengan tenaga, fasilitas, dan metode pengajaran yang efisien. Sebab jika tidak, risiko munculnya beban belajar terakumulasi di siang hari bisa menambah tekanan mental siswa.
Kebijakan ini juga menyiratkan arah pendidikan Jabar yang lebih terintegrasi dengan kontrol sosial. Belajar bukan hanya soal nilai, tapi pola hidup yang dibentuk sejak dini dari jam tidur hingga kebiasaan di ruang publik.
Di tengah perdebatan soal efektivitas dan kesiapan, satu hal jelas: Dedi Mulyadi tak hanya ingin mengatur sekolah, tapi juga mengubah budaya belajar dan hidup pelajar Jawa Barat dari hulu ke hilir. PR mungkin dihapus, tapi “pekerjaan rumah” pendidikan baru saja dimulai.
Follow Mediatama Prakarsa untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel