TpzoBSM0TUOlTpAoBSW9GUC9GA==

Menjadi Penuntun Emosi Anak Menjelang Menstruasi

Menjadi Penuntun Emosi Anak Menjelang Menstruasi
Saat Emosi Anak Berayun Menjelang Menstruasi: Peran Orang Tua dalam Menjadi Penuntun Emosional. Foto: Istockphoto

Mediatama Prakarsa, - Ketika anak perempuan mulai memasuki masa pubertas, satu hal yang sering membuat orang tua kebingungan adalah perubahan emosional yang datang tiba-tiba menjelang menstruasi.

Premenstrual Syndrome (PMS) bukan hanya soal fisik semata, tetapi juga tentang gejolak perasaan yang kerap tak mudah dipahami—baik oleh anak maupun orang tua.

Meski begitu, PMS sejatinya bisa menjadi ladang pembelajaran emosional yang berharga jika orang tua hadir sebagai pendamping yang penuh pengertian dan kesabaran.

Mengenal PMS: Ketika Hormon Berbicara Lewat Emosi


PMS adalah fase yang umum terjadi pada perempuan, termasuk remaja, beberapa hari sebelum menstruasi tiba. Di sinilah hormon seperti estrogen dan progesteron naik turun drastis, memengaruhi suasana hati, menyebabkan kelelahan, kram, hingga rasa sedih yang tak jelas datangnya.

Child Mind Institute menyebut bahwa kondisi ini bahkan bisa mengganggu konsentrasi dan aktivitas anak. Dalam beberapa kasus berat, gejala dapat meningkat menjadi Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), di mana dampaknya pada mental jauh lebih dalam dan butuh penanganan khusus.

Orang Tua Sebagai Penyeimbang Emosi Anak


Perubahan emosi saat PMS bukanlah tanda bahwa anak "berlebihan", melainkan pertanda bahwa tubuh dan perasaannya sedang mengalami proses alamiah. Di sinilah orang tua hadir sebagai cermin yang menenangkan.

1. Validasi Perasaan Anak

Langkah pertama adalah mendengarkan dan menerima emosi anak tanpa menghakimi. Kalimat sederhana seperti, “Mama lihat kamu sedang sedih, itu wajar kok,” bisa menjadi pelukan emosional yang anak butuhkan.

2. Ajarkan Teknik Meredakan Emosi

Anak perlu dibekali dengan cara sehat untuk menenangkan diri. Mengatur napas, journaling, olahraga ringan, atau sekadar berjalan kaki bersama bisa jadi ritual kecil yang membawa ketenangan.

3. Tumbuhkan Empati dalam Keluarga

Alih-alih memarahi ketika anak mudah tersinggung, cobalah untuk hadir dengan empati. Tunjukkan bahwa Anda memahami bahwa perubahan ini bukan sepenuhnya di bawah kendali mereka.

4. Arahkan Cara Ekspresi Emosi yang Positif

Dorong anak untuk menyalurkan perasaannya melalui hal-hal kreatif seperti menggambar, bermain musik, atau bercerita. Ini mengajarkan bahwa emosi, bahkan yang negatif, bisa ditata menjadi sesuatu yang indah.

5. Jaga Asupan dan Aktivitas Fisik Anak

Apa yang dimakan anak bisa berpengaruh pada suasana hatinya. Kurangi makanan tinggi garam dan dorong konsumsi makanan bergizi seperti ikan, sayuran hijau, dan buah-buahan. Jangan lupakan pentingnya tidur cukup dan aktivitas fisik yang menyenangkan.

Ketika PMS Menjadi Lebih dari Sekadar PMS


Jika anak menunjukkan gejala yang lebih berat dari biasanya, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. PMDD memerlukan pendekatan medis, psikologis, dan dukungan keluarga yang terpadu. Terapi perilaku kognitif (CBT) serta penyesuaian gaya hidup bisa menjadi bagian dari proses penyembuhan.

---

Menemani anak menghadapi PMS bukan sekadar tugas biologis orang tua. Ini adalah kesempatan untuk memperkuat hubungan emosional, membangun kepercayaan, dan menanamkan bekal yang akan mereka bawa hingga dewasa. Karena dalam setiap emosi yang berayun, ada pelajaran besar tentang menjadi manusia.

Putri Atika Chairulia/Antara

Type above and press Enter to search.